Sabtu, 04 Juni 2011

cry is barakah

jika seorang wanita menangis dihadapanmu,
Itu berarti dia tak dapat menahannya lagi.

Jika kamu memegang tangannya saat diamenangis,
Dia akan tinggal bersamamu sepanjang hidupmu.

Jika kamu membiarkannya pergi,
Dia tidak akan pernah kembali lagi menjadi dirinya yang dulu.

Selamanya….

Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Kecuali didepan orang yang amat dia sayangi.
Dia menjadi lemah.

Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Hanya jika dia sangat menyayangimu,
Dia akan menurunkan rasa egoisnya.

Jika seorang wanita pernah menangis karena mu,
Tolong pegang tangannya dengan pengertian.
Dia adalah orang yang akan tetap bersamamu sepanjang hidupmu.

Jika seorang wanita menangis karenamu.
Tolong jangan menyia-nyiakannya.
Mungkin karena keputusanmu, kau merusak kehidupannya.

Saat dia menangis didepanmu,
Saat dia menangis karnamu,
Lihatlah matanya….

Dapatkah kau lihat dan rasakan sakit yang dirasakannya?

Pikirkan….
Wanita mana lagikah yang akan menangis dengan murni,
penuh rasa sayang, Didepanmu dan karenamu……

Dia menangis bukan karena dia lemah
Dia menangis bukan karena dia menginginkan simpati atau rasa kasihan
Dia menangis,Karena menangis dengan diam-diam tidaklah memungkinkan lagi.

Pikirkanlah tentang hal itu.
Jika seorang wanita menangisi hatinya untukmu,
Dan semuanya karena dirimu.
Inilah waktunya untuk melihat apa yang telah kau lakukan untuknya.

Hanya kau yang tahu jawabannya….
Pertimbangkanlah, Karena suatu hari nanti
Mungkin akan terlambat untuk menyesal,
Mungkin akan terlambat untuk bilang ‘MAAF’

Suatu hari, seorang anak bertanya kepada ibunya, “Ibu, mengapa ibu menangis?”
Ibunya menjawab, “Sebab ibu adalah perempuan, nak.” “Saya tidak mengerti ibu,” kata si anak. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. “Nak, kau memang tak akan mengerti…”

Kemudian si anak bertanya kepada ayahnya. “Ayah, mengapa ibu menangis?” “Ibumu menangis tanpa sebab yang jelas,” sang ayah menjawab. “Semua perempuan memang sering menangis tanpa alasan.”

Si anak membesar menjadi remaja, dan dia tetap terus bertanya-tanya, mengapa perempuan menangis? Hingga pada suatu malam, dia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan, “Ya Allah, mengapa perempuan mudah menangis?” Dalam mimpinya dia merasa seolah-olah mendengar jawapannya:

“Saat Ku ciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

“Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan bayi dari rahimnya, walau kerap berulangkali menerima cerca dari si bayi itu apabila dia telah membesar.

“Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa.

“Ku berikan kesabaran jiwa untuk merawat keluarganya walau dia sendiri letih, walau sakit, walau penat, tanpa berkeluh kesah.

“Kuberikan wanita perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam apa jua keadaan dan situasi. Walau acapkali anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada anak- anak yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didakap dengan lembut olehnya.

“Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sukar dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukannya tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak.

“Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyedarkan bahawa suami yang baik adalah yang tidak pernah melukai isterinya. Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.

“Dan akhirnya, Kuberikan wanita air mata, agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus kepada wanita, agar dapat dia gunakan bila-bila masa pun dia inginkan. Ini bukan kelemahan bagi wanita, kerana sebenarnya air mata ini adalah “air mata kehidupan.”

ALLAH S.W.T berfirman: “Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan ” “Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya ” “Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh ” “Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya ” “Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya ” “Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu” “Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk dititiskan. Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan bilapun ia perlukan.”

tidakkah Kau tahu: ” Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, susuk yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya. Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, kerana itulah pintu hatinya tempat dimana cinta itu ada.” Selami lah hati wanita mu.. dan ingat lah…, …Setiap Wanita itu Cantik…
Air mata seorang wanita adalah anugerah yang diberikan kepadanya untuk digunakannya setiap ketika ia inginkan…

Rabu, 01 Juni 2011

batu tembus peluru

bagi yang penasaran ingin melihat or beli.. bisa hubungi blgger ini..

Senin, 29 November 2010

Agnotisis

Menurut Britannica Encyclopedia, Darwin diketahui punya
semangat yang senada dengan kaum materialis dan atheis, yakni agnotisisme, suatu paham yang tidak
meyakini keberadaan Tuhan, tapi tidak juga menyangkal keberadaan Tuhan. Mereka
orang yang mengaku 'tidak tahu' tentang ada atau tidak adanya Tuhan.

Agnotisis muncul sebagai cerminan rasa ketidak-berdayaan manusia dalam
menemukan bukti keberadaan tuhan, sekaligus ketidak-beradaan tuhan.
Jadi agnotisis adalah responsi terhadap atheisme dan theisme.

A= tidak dan gnosis = tahu, bukan diartikan tidak tahu apa-apa, melainkan
berawal dari tidak tahu bahwa ‘theos’ itu ada atau tidak. Memang
implikasinya menjadi menyangkut tentang surga, dosa dsb. Tetapi pada awal
mulanya, ia hanya merupakan jawaban pasif atas pertanyaan menyangkut
eksistensi tuhan.
Jadi semacam ekspresi filosofis ‘mengangkat bahu’ : "tauk ah, gelap!".

Bila Theisme dan Atheisme adalah keyakinan, maka Agnoticisme adalah
ketidak-yakinan.
Beda antara Agnotist dengan orang yang belum tahu apa-apa, cuma satu hal.
Yang belum tahu apa-apa masih dalam proses memutuskan, sedang agnotist sudah
memutuskan (dengan berani) bahwa memang tidak mungkin bisa diketahui.

Karena hanya semacam reaksi, agnotisisme tidak mempunyai teori sendiri yang
berpretensi menerangkan sesuatu, melainkan hanya bertanya dan bertanya.
Sikap yang dipakai adalah sikap orang yang tidak/belum tahu apa-apa.
Posisi agnotis dalam diskusi memang menguntungkan, karena memang (menurut
saya), Allah tidak bisa difahami dengan ‘omong-omong’. Yang berhasil
didekati dengan omong adalah allah yang antroposentris, allah yang
diciptakan oleh manusia.

Dan ini yang dengan lahap ‘disikat’ habis oleh agnotisis, free-thinkers,
atheist. Makanan empuk bagi mereka. Karena pada hakekatnya, bahasa yang
dipergunakan untuk membicarakannya itu sendiri sudah memakai kaidah kaidah
keilmuan (agar tidak mirip omongannya orang gendheng).
Paling tidak, kita kan tidak bisa meracau seperti merapal mantra kalau
berdiskusi. Juga terikat oleh tata bahasa. Lalu ada semantika. Semiotika .
Belum lagi gaya bahasa. Contoh untuk semua itu dibahas dalam ilmu bahasa ( M
Pei tokohnya, dengan salah satu bukunya kalau tidak salah : The words in
sheep’s clothing - sebuah buku tua yang menarik).
Belum lagi logika. Sylogisme yang selalu ‘menghantui’ para partisipan
perdebatan. (Mas Beldandy suka galak soal ini).

Tapi apa yang tidak dilihat dalam konteks ‘berkomunikasi’, agnotis tidak
bisa menyerang melewati batas teritorinya, karena tak ada bahasa sebagai
jembatan. Al Gazali yang ber zikir bisa dianggap orang gila oleh agnotisis,
tetapi karena tidak ada pretensi untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka
beliau ‘tidak bergeming’ dan menemukan Tuhannya dalam zikirnya.

Maka ‘amanlah’ para Theist dari serangan Agnotist/Atheist. Tetapi begitu
para Theist memakai bahasa, terbukalah ruang kosong untuk diserang. Karena
bahasa adalah wilayahnya ilmu, teritorinya rasionalitas, kaplingnya para
skeptik.
Milis ini sebagai bagian dari internet, mempergunakan bahasa. Maka jelas,
Agnotist/Atheist berkibar disini. Dalam homepagenya kaum skeptik (saya lupa
namanya), yang dimotori oleh beberapa orang India (tempat agama dianut
secara sangat intens), Sai Baba von Puttaparti ‘dihajar’ habis habisan. Dan
kaum theist ditantang-tantang.
Jadi sekali lagi, begitu Allah disebut, kita telah mereduksi gambaran
tentang Allah itu, karena sebutan ‘Allah’ adalah bahasa juga. Begitu Tuhan
dibicarakan, yang tertangkap bukanlah Tuhan itu, melainkan gambar manusia
(anthropos).

Para Theist seharusnya melakukan ‘pembelaan’ bukan dalam suatu pembuktian
analitis (yang mana pasti repot), melainkan dalam ajakan berkontemplasi.
Agnotist tidak mungkin bisa menjelaskan perbedaan rasa haru yang timbul
ketika seseorang melihat daun kuning terakhir yang rontok dimusim gugur
dengan ketika seseorang yang hanya terkejut: Wah, kirain apa yang jatuh,
taunya cuma daun.

"Rasa’ itulah yang bersifat ilahi - Yang mana tak mudah tertangkap oleh
rasionalitas.

Allah yang disebut ada adalah Allah yang tidak ada. Allah yang ada, tidak
tersebutkan.
Ada dan tidak itu identik.

dari buku Donny Gahral Adian, Percik Pemikiran Kontemporer dan nemu beberapa terminologi di akhir bab 1:

1. Ateisme : paham yang menyangkal keberadaaan Tuhan berdasarkan bukti-bukti rasional.
2. Agnotisisme : paham yang tidak menyangkal maupun membenarkan keberadaan Tuhan, karena hal itu berada di luar jangkauan/kemampuan inderawi dan rasio manusia.
3. Fideisme : paham yang menyatakan bahwa pengetahuan religius (termasuk: keyakinan pada Tuhan) hanya dapat dijustifikasi atau ditetapkan berdasarkan iman, bukan akal budi.
4. Panteisme : paham yang menyatakan bahwa alam semesta adalah Tuhan dan Tuhan adalah alam semesta. Tidak ada perbedaan antara pencipta dan ciptaan, Tuhan berada di manapun, di dalam segala sesuatu, dan adalah segala sesuatu.
5. Deisme : paham yang menyatakan bahwa setelah menciptakan alam beserta hukum-hukumnya, Tuhan menarik diri dan tidak memainkan peran di dalamnya. Tuhan digambarkan seperti seorang pembuat jam yang kemudian pensiun

perihal keberadaan orang-orang yang tidak percaya pada Tuhan (ateis) dan yang tidak mengetahui apakah Tuhan ada atau tidak (agnostik). Karena tidak percaya atau tidak mampu percaya mereka memilih untuk tidak beragama. Keberadaan mereka pada masyarakat pascamodern, yang tanpa metanarrative, seperti masyarakat Inggris, adalah lumrah. Akan tetapi, lain halnya dalam masyarakat Indonesia yang semi-industri dan modern. Kebanyakan yang tidak percaya pada Tuhan masih belum berani membuka diri, bahkan untuk “berbicara”, karena tekanan masyarakat dan negara, melalui segenap peraturan dan konsensusnya.

Minggu, 28 November 2010

hadist

Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu) dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’”

(Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits)








Hadist maudlu’
Pengertiannya

Maudlu’ secara bahasa artinya sesuatu yang diletakkan.
Sedangkan menurut istilah adalah : “Sesuatu yang diciptakan dan dibuat-buat lalu dinisbatkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam secara dusta”.

Hadits ini adalah tingkatan hadits yang paling buruk dan jelek di antara hadits-hadits dla’if lainnya. Sebagian ulama membagi hadits menjadi empat bagian : shahih, hasan, dla’if, dan maudlu’. Maka maudlu’ menjadi satu bagian tersendiri.
hokum meriwayatkan
“Barangsiapa yang menceritakan dariku satu hadist yang ia sangka sesungguhnya hadits tersebut dusta/palsu, maka ia termasuk salah seorang dari para pendusta ” 1. Awal Munculnya Suatu Hadits Maudlu'
Para ulama berbeda pendapat tentang kapan mulai terjadinya pemalsuan Hadits. Berikut akan dikemukakan pendapat mereka.
1. Menurut Ahmad Amin bahwa Hadits Maudlu' terjadi sejak masa Rasulullah SAW. masih hidup. Alasan yang dijadikan argumentasi adalah sabda Rasulullah SAW.:
فمن كذب عليّ متعمدا فليتبوّأ مقعده فى النار
“Barangsiapa yang secara sengaja berdusta kepadaku maka hendaknya dia mengambil tempat di neraka.”
Menurutnya dengan dikeluarkannya sabda tersebut, Rasulullah SAW. mengira telah ada pihak-pihak yang ingin berbuat bohong pada dirinya. Oleh karena itu, Hadits tersebut merupakan respon terhadap fenomena yang ada saat itu yang berarti menggambarkan bahwa kemungkinan besar pada zaman Rasulullah SAW. telah terjadi pemalsuan Hadits. Sehingga Rasulullah SAW. mengancam kepada para pihak yang membuat Hadits palsu.
Ahmad Amin juga memaparkan satu Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwasannya suatu waktu Basyir al-Adwy menemui Ibn Abbas kemudian mereka berbincang-bincang dan Basyir berkata: “Telah bersabda Rasulullah SAW. ....”. Akan tetapi Ibnu Abbas mengacuhkan hadistnya dan tak memperhatikan apa yang dikatakan.
Dalam hal ini dijelaskan bahwa ketika Basyir ingin menyampaikan sabda Rasulullah SAW., maka ia akan segera ke sana. Dan jika orang tersebut tidak bisa menjangkau kebenaran maka ia tidak akan ada periwayatan kecuali memang benar-benar sudah tahu. Ahmad Amin juga memaparkan bahwa semenjak Islam mulai meluas ke berbagai daerah dan berbondong-bondong masuk Islam maka sebenarnya dari situlah potensi melakukan pemalsuan Hadits.



3. Menurut Jumhur al-Muhadditsin.
Pemalsuan terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Menurut mereka, hadits-Hadits yang ada sejak zaman Nabi hingga sebelum terjadinya pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu'awiyah bin Abi Sufyan masih terhindar dari pemalsuan. Dengan demikian, jelaslah bahwa pada zaman Nabi, tidak mungkin ada pemalsuan Hadits. Demikian pula pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan. Hal ini dapat dibuktikan dari kegigihan, kehati-hatian, dan kewaspadaan mereka terhadap Hadits.
Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib mulai terjadi pemalsuan. Pada masa tersebut telah terjadi perpecahan politik antara golongan Ali dan pendukung Mu'awiyah. Upaya ishlah dan tahkim tidak mampu meredam pertentangan mereka. Bahkan semakin menambah ruwetnya masalah dengan keluarganya sebagai pengikut Ali (Khawarij) dan membentuk kelompok sendiri. Golongan yang terakhir ini kemudian tidak hanya memusuhi Ali tetapi juga Mu'awiyah.
Masing-masing golongan, selain berusaha mengalahkan lawannya, juga berupaya mempengaruhi orang-orang yang tidak berada dalam perpecahan. Salah satu cara yang mereka tempuh ialah dengan membuat Hadits palsu. Dalam sejarah dikatakan bahwa yang pertama-tama membuat Hadits palsu adalah golongan Syi'ah.



2.2. Faktor-faktor yang melatarbelakangi
Pemalsuan Hadits tidak hanya dilakukan oleh orang-orang Islam, akan tetapi juga oleh orang-orang non Islam yang berusaha mencemarkan Hadits sebagai sumber ajaran Islam. Dari kalangan Islam sendiri, menurut para ulama, yang mula-mula membuat Hadits semacam ini ialah golongan Syi'ah. Kegiatan yang pengaruhnya sangat jelas pada banyaknya hadits-Hadits ini untuk kepentingan mereka, serta bermunculannya hadits-Hadits palsu yang lainnya dari pihak lawannya.
Adapun beberapa motif pendorong bagi mereka untuk pembuatan Hadits palsu antara lain: Beberapa motif pembuatan Hadits palsu di atas dapat dikelompokkan menjadi:
- Ada yang sengaja
- Ada yang tidak sengaja merusak agama
- Ada yang karena merasa yakin bahwa membuat Hadits palsu diperbolehkan
- Ada yang karena tidak tahu gila dirinya membuat Hadits palsu.
Tujuan mereka membuat hadits palsu ada yang positif dan ada juga yang negatif. Apapun alasannya ditegaskan bahwa membuat Hadits Maudlu' merupakan tercela dan menyesatkan, dengan sabda Rasulullah:
فمن كذب عليّ متعمداً فليتبوّاء مقعده من النار
2.2.3. Kriteria Kepalsuan Suatu Hadits



.4. Kumpulan contoh Hadits Maudlu' dan sebabnya
1) إذا صدقت المحبة سقطت شروط الأدب
“Cinta keduniaan ialah modal kesalahan.”
Keterangan : Perkatan ini, orang kataan sebagai hadits Nabi padahal sebenarnya ucapan Junaid.
2) إن القمر دخل فى جيب صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ و فرج من كمّه
“Sesungguhnya bulan pernah masuk dalam saku baju Nabi SAW. dan keluar dari tangan bajunya.”
Keterangan:
- Tidak termasuk sabda Nabi
- Sering dipakai tukang cerita untuk menceritakan perjalanan mauled Nabi, dengan maksud orang tertarik mendengar ceritanya.
- Perasaan atau keyakinan kata mesti mendustakan isinya karena dapat masuk dalam saku baju yang tidak beda dengan saku dan keluar dari lubang tangan yang besar sudah kita maklumi.
3) الأرض على صخرة و الصخرة على قرن ثور فإذا حرّك الثور قرنه تحرّكت الصخرة
“Bumi terletak antara sebuah batu yang besar dan batu besar terletak atas tanduk seekor sapi; maka apabila sapi itu menggerakkan tanduknya, bergoyanglah pula batu besar itu.”
Keterangan:
- Bukan hadits Nabi
- Menurut pemeriksaan ahli alam, bahwa bumi kita ini, di sebelah luarnya diliputi oleh semacam udara. Udara itulah yang menahan bumi dari sekalian penjurunya. Selain dari itu tidak ada yang lain lagi isi hadits tersebut bertentangan dengan penyaksian
5. Usaha para ulama memberantas sebuah hadits
1) Mengisnadkan hadits
Meminta sanad kepada mereka yang menyampaikan hadits dan akhirnya menetapkan sanad suatu hadits. Sebab sanad bagi hadits bagaikan nasab bagi seseorang. Setelah itu diteliti sanadnya kalau terdiri dari ahli Sunnah diambil jika ahli bid’ah ditolak.
2) Meningkatkan perlawatan mencari hadits
Dengan cara meningkatkan perlawatan mencari hadits dari suatu kota ke kota untuk menemui sahabat yang meriwayatkan hadits. Jika di dengar ada hadits dari selain sahabat mereka mencari sahabat Rasulullah SAW. untuk memperkuatkannya.
3) Mengambil tindakan kepada para pemalsu hadits
Mereka menupas para pemalsu dan melarang mereka meriwayatkan hadits dan menyerahkan pada penguasa.
4) Menjelaskan tingkah laku perawi
Dengan cara demikian perawi-perawi dijelaskan biografinya, tingkah laku, kelahiran, kematian, keadilan dan daya ingatnya.
5) Membuat ketentuan-ketentuan umum tentang klasifikasi hadits
Membuat ketentuan dan syarat-syarat bagi hadits shahih, hasan dan dha'if.
6) Membuat ketentuan-ketentuan untuk mengetahui ciri-ciri Hadits Maudlu’
Mereka membuat ketentuan mengenai tanda-tanda Hadits Maudlu’ baik ciri y ada pada sanad maupun matan.ss

BAB III
KESIMPULAN
 Hadits Maudlu’ menurut bahasa adalah meletakkan atau menyimpan, mengada-ada, ditinggalkan.
Menurut istilah adalah: Bukan hadits dari Rasulullah SAW. akan tetapi suatu perkataan atau perbuatan seseorang dari pihak tertentu yang alasannya dinisbatkan pada Rasulullah SAW.
 Awal muncul Hadits Maudlu’
Ada 3 pendapat diantaranya yaitu:
- Ahmad Amin mengatakan Hadits Maudlu’ terjadi pada masa Rasulullah SAW.
- Shalhah ad-Din ad-Dabi mengatakan pemalsuan hadits berkenaan dengan masalah keduniawian pada masa Rasulullah
- Al-Muhaddisin mengatakan Hadits Maudlu’ terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
 Faktor yang melatarbelakangi antara lain:
1) Pertentangan politik
Sejak zaman khalifah Ali bin Abi Thalib terjadi perpecahan golongan, oleh karena itu, setiap golongan membuat hadits palsu untuk memperkuat golongan mereka.
2) Usaha kaum zindik meruntuhkan Islam
3) Fanatik terhadap bangsa, suku, bahasa, negeri dan pemimpin
4) Mempengaruhi kaum awam dengan kisah dan nasehat
5) Perselisihan madzhab dan ilmu kalam
6) Membangkitkan gairah beribadah, tanpa mengerti apa yang dilakukan
7) Menjilat penguasa

 Kriteria kepalsuan dan contoh:
a. Pada sanad
1) Pengakuan dari pemalsu
2) Qarinah-qarinah yang memperkuat adanya pengakuan membuat Hadits Maudlu’
3) Qarinah-qarinah yang berpautan dengan tingkah laku
b. Pada matan
1) Segi makna  bertentangan dengan Al-Qur’an, hadits mutawattir, dengan ijma' dan tidak logis
2) Segi lafal  berlebih-lebihan
Contoh:
ولد الزنا لا يدخل الجنة الى سبعة ابناء
“Anak zina itu tidak dapat masuk surga sampai 7 keturunan.”
و إن كل من يسمّى لهذه الأسماء ( محمد و احمد ) لا يدخل النار
“Bahwa setiap orang dinamakan dengan nama-nama (Muhammad, Ahmad atau semisalnya) ini tidak akan masuk neraka.”
c. Sumber riwayatnya
1. Mengambil dari pikiran sendiri
2. Kadang-kadang menukil dari perkataan orang yang dipandang
 Usaha-usaha untuk mengatasi Hadits Maudlu’
1) Mengisnadkan hadits
2) Meningatkan perlawatan
3) Mengambil tindakan kepada para pemalsu
4) Menjelaskan perawinya
5) Membuat klasifikasi hadits
6) Membuat ketentuan untuk mengetahui ciri-ciri Hadits Maudlu’








Hadist muan’an
. Hadits Mu’an-an
Pengertian dari muanan adalah hadits yang sanadnya terdapat redaksi ‘an (dari) seseorang.
Pendapat ulama ahli hadits dalam masalah ini terdapat dua fersi:
1) Bahwa hadits yang jalurnya (sanad ) itu menggunakan redaksi ‘an (dari) termasuk dalam kategori hadits yang sanadnya muttasil. Akan tetapi hadits mu’an’an untuk bisa dikategorikn sebagai hadits muttasil, harus memenuhi beberapa syarat. Dalam hal-hal syarat ini terdapat dua pendapat:
a) Syarat-syarat yang ditentukan oleh Imam Bukhari, Ali bin al-Madani dan sejumlah ahli hadits lain antara lain:
Perawi harus mempunyai sifat ‘adalah.
Harus terdapat hubungan guru murid, dalm artian keduanya harus pernah bertemu.
Perawi bukan termasuk mudallis.
b) Syarat-syarat yang ditentukan oleh imam muslim, antara lain:
Perawi harus mempunyai sifat ‘adalah.
Perawi bukan termasuk mudallis.
Hubungan antara yang meriwayatkan hadits cukup dengan hidup dalam satu masa dan itu dimungkinkan untuk bertemu.
2) Bahwa hadits mu’an-an termasuk dalam kategori hadits mursal. Oleh karena itu hadits mu’an-an tidak bisa dijadikan sebagai hujjah.
Ketika redaksi ‘an itu pada tingkat sahabat, terdapat pemilahan. Apabila sahabat itu termasuk sahabat yang sebagian besar hidupnya senantiasa bersama dengan nabi, maka redaksi ‘an sama dengan redaksi sami’tu. Apabila sahabat itu jarang bertemu nabi, maka sanad itu perlu ditinjau ulang .
Kesimpulan dari uraian diatas dapat kita klasifikasikan menjadi tiga pendapat sesuai dengan komentar Ibnu Hajar:
Bahwa redaksi sanad dengan ‘an posisinya sama dengan redaksi haddastana dan akhbarana.
Tidak dikatakan sama dengan redaksi haddastana dan akhbarana. Ketika hadits itu diriwayatkan oleh mudallis.
Redaksi ‘an sama dengan akhbarana dalam penerimaan hadits secara ijazah.Untuk itulah hadits yang redaksinya memakai ‘an masih dalam kategori muttasil. Akan tetapi derajat ‘an masih dibawah sami’tu.
Contoh hadis mu’an’an:
حدثنا قتيبة بن سعي حدثنا عبد العزيز الدرواردى عن العلاء عن ابيه عن ابى هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الد نيا سجن المؤمن وجنة الكافر {رواه مسلم}.


Tentang hadist

efinisi Musthola'ah Hadits
HADITS ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan, taqrir, dan sebagainya.

ATSAR ialah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW.

TAQRIR ialah keadaan Nabi Muhammad SAW yang mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau.

SAHABAT ialah orang yang bertemu Rosulullah SAW dengan pertemuan yang wajar sewaktu beliau masih hidup, dalam keadaan islam lagi beriman dan mati dalam keadaan islam.

TABI'IN ialah orang yang menjumpai sahabat, baik perjumpaan itu lama atau sebentar, dan dalam keadaan beriman dan islam, dan mati dalam keadaan islam.

MATAN ialah lafadz hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW, atau disebut juga isi hadits.
Sanad atau Thariq adalah jalan yang dapat menghubungkan matnu'l hadits kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam .

Gambaran Sanad
Untuk memahami pengertian sanad, dapat digambarkan sebagai berikut: Sabda Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam didengar oleh sahabat (seorang atau lebih). Sahabat ini (seorang atau lebih) menyampaikan kepada tabi'in (seorang atau lebih), kemudian tabi'in menyampaikan pula kepada orang-orang dibawah generasi mereka. Demikian seterusnya hingga dicatat oleh imam-imam ahli hadits seperti Muslim, Bukhari, Abu Dawud, dll.

Contoh:
Waktu meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Bukhari berkata hadits ini diucapkan kepada saya oleh A, dan A berkata diucapkan kepada saya oleh B, dan B berkata diucapkan kepada saya oleh C, dan C berkata diucapkan kepada saya oleh D, dan D berkata diucapkan kepada saya oleh Nabi Muhammad.

Awal Sanad dan akhir Sanad

Menurut istilah ahli hadits, sanad itu ada permulaannya (awal) dan ada kesudahannya (akhir). Seperti contoh diatas yang disebut awal sanad adalah A dan akhir sanad adalah D.

Klasifikasi Hadits

Klasifikasi hadits menurut dapat (diterima) atau ditolaknya hadits sebagai hujjah (dasar hukum) adalah:

1.Hadits Shohih, adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak ber illat dan tidak janggal. Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshohihan suatu hadits.

2.Hadits Makbul adalah hadits-hadits yang mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima sebagai Hujjah. Yang termasuk hadits makbul adalah Hadits Shohih dan Hadits Hasan.

3.Hadits Hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil, tapi tidak begitu kuat ingatannya (hafalan), bersambung sanadnya, dan tidak terdapat illat serta kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan termasuk hadits yang Makbul, biasanya dibuat hujjah buat sesuatu hal yang tidak terlalu berat atau terlalu penting.

4.Hadits Dhoif adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits shohih atau hadits hasan. Hadits Dhoif banyak macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang tidak dipenuhinya.

Syarat-syarat Hadits Shohih
Suatu hadits dapat dinilai shohih apabila telah memenuhi 5 Syarat :
• Rawinya bersifat Adil
• Sempurna ingatan
• Sanadnya tidak terputus
• Hadits itu tidak berillat dan
• Hadits itu tidak janggal












Khadist mursal khafi
Pengertiannya
Al-Mursal menurut bahasa berarti melepaskan. Adapun menurut istilah ahli hadits dan fuqoha berbeda dalam mendefinisikan hadits mursal.
Hadits mursal menurut ahli hadits adalah:
مارفعه التابعي إلى الرسول صلىالله عليه وسلم من قول او فعل او تقرير صغيرا كان التابعي او كبيرا
Artinya: Hadits yang dimarfu'kan oleh seorang tabi'in kepada Rasulullah Saw, baik perkataan, perbuatan, maupun taqrir, baik tabi'in itu kecil maupun tabi'in besar.

Ada sebagian ulama yang memberikan batasan bahwa hadits mursal adalah hadits yang di marfukan oleh tabi’in besar saja, karena pada umumnya periwayatan tabi’i besar adalah dari sahabat. Sebagian ahli hadits tidak menilai hadits yang di-irsal-kan oleh tabi’i kecil sebagai hadits mursal tetapi hadits munqathi’, karena sebagian besar periwayatan mereka adalah dari tabi’i juga.
Adapun hadits mursal menurut ahli ushul adalah perkataan seseorang yang tidak berjumpa dengan nabi Muhammad Saw baik dari tabi’i atau tabi’u tabi’in atau orang sesudah mereka. Jadi Hadits mursal adalah perkatan tabi’in baik tabi’in besar maupun tabi’in kecil atau perkataan sahabat kecil, yang menegaskan tentang apa yang telah dikatakan atau diperintahkan oleh Rasulullah Saw tanpa menerangkan dari sahabat mana berita itu diperolehnya.
Mursal Khafi menurut istilah adalah “sebuah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari seorang syaikhnya yang semasa dengannya atau bertemu dengannya, tetapi ia tidak pernah menerima satu pun hadits darinya, namun ia meriwayatkannya dengan lafadh yang menunjukkan adanya kemungkinan ia mendengar dari syaikh itu”.



hadits mursal terbagi kepada tiga macam yaitu :
1. Mursal Jaly, Yaitu bila penguguran yang telah dilakukan oleh rawi tabi’i adalah jelas sekali, dapat diketahui oleh umum, bahwa orang yang mengugurkan itu tidak hidup sezaman dengan orang yang digugurkan yang mempunyai berita atau penguguran itu dilakkukan oleh tabi’i besar
2. Mursal Shahaby, yaitu pemberitaan sahabat yang disandarakan kepada Nabi Muhamad Saw, tetapi ia tidak mendengarkan atau menyaksikan sendiri apa yang ia beritakan, lantaran di saat Rasulullah hidup ia masih kecil atau terakhir masuknya ke dalam agama islam.
hadits mursal ini dianggap shahih, karena ia tiada meriwayatkan selain dari para sahabat. Sedang para sahabat itu seluruhnya adil. Contohnya ialah hadits yang diriwayatkan oleh Malik
أخبرنامالك بن شهاب عن عبيدالله بن عبدالله بن عطبة عن عبدالله بن عباس رضي الله عنه قال : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم خرج إلى مكة يوم عام الفتح في رماضان فصام حتى بغ الكديد ثم افطر فافطر الناس
Yang artinya dikabarkan dari Ibnu Syihab, dari ‘Ubaidillah bin
abdillah bin ‘tabah dari Abdullah bin ‘abbas r.a ibnu abbas berkata “ Bahwa Rasulullah Saw keluar menuju ke mekkah, pada tahun kemenangan dalam bulan ramadhan, karena itu beliau berpuasa sampai ke kadid lalu setelah itu beliau berbuka, kemudian orang-orang pun berbuka’.
Menurut al-qabisy, hadits tersebut termasuk hadits mursal shahaby, lantaran Ibnu Abbas tidak ikut berpergian bersama Rasulullah Saw beliau di Mekkah ketika itu bersama dengan orang tuanya, jadi Beliau tidak menyaksikan kisah perjalanan tersebut. Hal itu diketahui berdasarkan berita dari sahabat lain.
3. Mursal Khafi, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh tabi’i, dimana tabi’i yang meriwayatkan hidup sezaman dengan shahaby, tetapi ia tidak perah mendengar sebuah hadits pun daripadanya. Hukum hadits mursal ini adalah dhaif
B. Cara Mengetahui Hadits Mursal khafi
Untuk mengetahui hadits itu mursal khafi ada tiga cara, diantaranya:
 Pernyataan dari para imam-imam bawasanya perawi ini tidak bertemu dengan orang yang ia menceritakan hadits darinya atau tidak mendengar lansung darinya secara mutlak.
Pengabaran atau pemberitauaan dari rawinya iyu sendiri secara langsung bahwa ia tidak pernah bertemu dengan orang yang ia ceritakan haditsnya atau ia tidak mendengar langsung dari orang tersebut satu hadits pun.
Datangnya hadits dari jalan yang lain ada tambahan perawi yang ia riwayatkan haditsnya.
Adapun poin yang ketiga ini didalamnya ada perbedaan ulama karena
terkadang termaksud jemis hadits ( المزيد في مثصل الاس تيد )

C. Penggunaan Hadith Mursal khafi
Dalam penggunaan hadits mursal khafi ini ada 3 pendapat yang masyhur, yaitu:
1. Kelompok Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad, dan lain-lain. Mereka membolehkan berhujjah dengan hadith mursal secara muthlak.
2. Kelompok Imam Nawawi, Imam Syafi'I, Jumhur ulama ahli Hadith, ahli Fiqih dan ahli Ushul. Mereka tidak membolehkan secara muthlak.
3. Jumhur Ulama dan ahli Hadith. Mereka membolehkan menggunakan hadith mursal apabila ada syarat lain yang musnad, diamalkan oleh sebagian ulama.
D. Hukum hadist Mursal Khafiy
Mursal Khafiy hukumnya adalah dla’if, karena ia termasuk bagian hadits munqathi’. Maka apabila nampak sanadnya terputus, maka hukumnya adalah munqathi’.
Kesimpulan
Pada dasarnya hadits mursal khafi itu adalah dhaif dan mardud, karena hilangnya salah satu syarat dari syarat-syarat diterimanya suatu hadits, yaitu sanadnya harus bersambung. Hal itu disebabkan tidak diketahuinya keadaan rawi yang dibuang. Lagi pula, memiliki kemungkinan bahwa yang dibuang itu adalah sahabat. Dalam kondisi seperti ini, haditsnya menjadi dhaif.
Meskipun demikian, para ulama hadits dan yang selain mereka berbeda pendapat mengenai hukum hadits mursal khafi dan pengunaannya sebagai hujjah. Hadits ini termasuk hadits yang terputus yang diperselisihkan tempat terputusnya pada akhir sanad. Sebab, pada umumnya gugurnya sanad itu pada sahabat, sementara itu seluruh sahabat adalah adil, tidak rusak keadilannya meski keadaan mereka tidak diketahui.

otak

KEBIASAAN BURUK YANG MERUSAK OTAK!!!
Selasa, 10 November 2009 15:02:12 - oleh : admin
Otak manusia terdiri lebih dari 100 miliar syaraf yang masing-masing terkait dengan 10 ribu syaraf lain. Bayangkan, dengan kerumitan otak seperti itu, maka Anda wajib menyayangi otak Anda cukup dengan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering disepelekan.

Otak adalah organ tubuh vital yang merupakan pusat pengendali sistem syaraf pusat. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh.

Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.

Sungguh suatu tugas yang sangat rumit dan banyak. Maka, hindarilah kebiasaan buruk di bawah jika Anda masih ingin otak Anda bekerja dengan baik.

1. Tidak Mau Sarapan
Banyak orang yang menyepelekan sarapan. Padahal tidak mengkonsumsi apapun di pagi hari menyebabkan turunnya kadar gula dalam darah. Hal ini berakibat pada kurangnya masukan nutrisi pada otak yang akhirnya berakhir pada kemunduran otak. Sarapan yang terbaik di pagi hari bukanlah makanan berat seperti nasi goreng spesial, tetapi cukup air putih dan segelas jus buah segar. Ringkas dan berguna untuk tubuh!

2. Kebanyakan Makan.
Terlalu banyak makan mengeraskan pembuluh otak yang biasanya menuntun orang pada menurunnya kekuatan mental. Jadi makanlah dalam porsi yang normal. Biasakan menahan diri dengan cara berhenti makan sebelum Anda kekenyangan.

3. Merokok
Jika rokok memiliki segudang efek buruk, semua orang pasti sudah tahu. Dan ada satu lagi efek buruk rokok yang terungkap di sini. Merokok ternyata berakibat sangat mengerikan pada otak! Bayangkan, otak manusia lama kelamaan bisa menyusut dan akhirnya kehilangan fungsi-fungsinya karena rajin menghisap benda berasap itu. Tak ayal di waktu tua bahkan pada saat masih muda sekalipun, kita rawan alzheimer (alzheimer adalah penyakit pikun).

4. Terlalu Banyak Mengkonsumsi Gula
Terlalu banyak asupan gula akan menghalangi penyerapan protein dan gizi sehingga tubuh kekurangan nutrisi dan perkembangan otak terganggu. Karena itu, kurangi konsumsi makanan manis favorit Anda

5. Polusi Udara
Otak adalah bagian tubuh yang paling banyak menyerap udara. Terlalu lama berada di lingkungan dengan udara berpolusi membuat kerja otak tidak efisien.

6. Kurang Tidur
Tidur memberikan kesempatan otak untuk beristirahat. Sering melalaikan tidur membuat sel-sel otak menjadi mati kelelahan. Tapi jangan juga kebanyakan tidur karena bisa membuat Anda menjadi pemalas yang lamban. Sebaiknya tidur 6-8 jam sehari agar sehat dan bugar.

7. Menutup Kepala Ketika Sedang Tidur
Tidur dengan kepala yang ditutupi merupakan kebiasaan buruk yang sangat berbahaya karena karbondioksida yang diproduksi selama tidur terkonsentrasi sehingga otak tercemar. Jangan heran kalau lama kelamaan otak menjadi rusak.

8. Berpikir Terlalu Keras Ketika Sedang Sakit
Bekerja keras atau belajar ketika kondisi tubuh sedang tidak fit juga memperparah ketidakefektifan otak. Sudah tahu sedang tidak sehat, sebaiknya istirahat total dan jangan forsir otak Anda.

9. Kurangnya Stimulasi Otak
Berpikir adalah cara terbaik untuk melatih kerja otak. Kurang berpikir akan membuat otak menyusut dan akhirnya tidak berfungsi maksimal. Rajin membaca, mendengar musik dan bermain (catur, scrabble, dll). membuat otak Anda terbiasa berpikir aktif dan kreatif.

10. Jarang Bicara
Percakapan intelektual biasanya membawa efek bagus pada kerja otak. Jadi jangan terlalu bangga menjadi pendiam. Obrolan yang bermutu sangat baik untuk kesehatan Anda.

belajar

Banyak hambatan dan kesulitan yang dimiliki oleh para anak-anak didik kita, adik kita, anak kita, dan para pelajar yang tengah berupaya belajar dengan sebaik-baiknya. Namun di lain pihak kita selaku guru, orangtua, ataupun orang yang lebih dewasa menghendaki dan menuntut mereka untuk “BISA” tanpa kita berusaha memahami dan mengetahui kesulita apa yang dialaminya. Kita hanya baru bias mencap “bodoh”, “telmi”, “nakal”, “malas”, dan berbagai cap jelek terhadap mereka yang secara kasat mata memiliki nilai negative dan tidak berprestasi.
Marilah kita untuk tidak menambah beban mereka dengan menuntut mereka untuk bisa mengikuti keinginan kita tanpa kita nberusaha memahami apa kehendan dan kesulitan yang mereka hadapi.
Yu… kita sama-sama tunjukan kepedulian kita terhadap masa depan anak-anak kita dengan mencoba memahami hambatan/kesulitan mereka dalam menghadapi pelajaran, cara belajar dll.
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF
(www.ditplb.or.id)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan inklusi, para guru di sekolaah reguler/sekolah umum perlu dibekali dengan berbagai pengetahuan tentang anak dengan kebutuhan khusus atau sering juga disebut anak berkebutuhan khusus. Dengan mengetahui siapa yang disebut anak dengan kebutuhan khusus serta karakteristiknya, maka diharapkan guru mampu melakukan identifikasi terhadap mereka, baik yang sudah menjadi terdaftar sebagai peserta didik pada sekolah yang bersangkutan maupun yang belum masuk sekolah yang ada atau bertempat tinggal di sekitar sekolah. Dengan identifikasi yang tepat guru dapat memberikan bantuan pelayanan yang sesuai untuk mendukung dan menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Anak dengan kebutuhan khusus perlu dikenal dan diidentifikasi dari kelompok anak pada umumnya, karena mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang bersifat khusus. Pelayanan tersebut dapat berbentuk pertolongan medik, latihan-latihan therapeutic, maupun program pendidikan khusus, yang bertujuan untuk membantu mengurangi keterbatasannya dalam hidup bermasyarakat.
Dalam rangka mengidentifiksi (menemukan) anak dengan kebutuhan khusus, diperlukan pengetahuan tentang berbagai jenis dan gradasi (tingkat) kelainan anak, diantaranya adalah kelainan fisik, mental intelektual, social, emosional. Di luar jenis kelainan tersebut terdapat anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa atau sering disebut sebagai anak yang memiliki kecerdasan dan bakat luar biasa. Masing-masing memiliki ciri dan tanda-tanda khusus atau karakteristik yang dapat digunakan oleh guru untuk menandai dalam rangka identifikasi anak dengan kebutuhan pendidikan khusus.
Buku Identifikasi Anak yang disertai Alat Identifikasi Anak dengan kebutuhan khusus (AI ALB) ini disusun untuk membantu guru dalam rangka pelaksanaan identifikasi anak berkebutuhan khusus. Alat ini daftar peryataan yang berisi gejala-gejala yang nampak pada anak untuk setiap jenis kelainan. Dengan mengamati gejala-gejala tersebut jika guru menemukan anak yang memiliki tanda-tanda mirip atau sama dengan gejala-gejala tertulis dalam alat/instrumen ini, dengan mudah guru dapat menandainya, dan jika secara kualitatif memenuhi standar miimal yang ditetapkan, maka anak tersebut dapat dikategorikan sebagai anak dengan kebutuhan khusus. Dengan alat identifikasi ini, secara sederhana dapat disimpulkan apakah seorang anak tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau bukan. Tentu saja alat ini sifatnya masih sederhana, baru sebatas melihat gejala-gejala fisik yang nampak. Sedangkan untuk mendiagnosis yang sesungguhnya secara akurat, dibutuhkan tenaga profesional yang berwenang untuk itu, seperti dokter, psikolog, orthopedagog, dan sebagainya. Meskipun demikian jika sekolah tidak tersedia tenaga profesional dimaksud, dengan alat identifikasi ini, asal dilaksanakan dengan cermat dan hati-hati, sudah cukup untuk menetapkan seseorang berindikasi memerlukan layanan pendidikan khusus atau tidak.
Alat identifikasi ini dapat digunakan oleh orang-orang yang dekat (sering bergaul/berhubungan) dengan anak – seperti guru, orang tua, pengasuh – untuk menjaring kelompok anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar, baik yang sudah bersekolah maupun yang belum bersekolah atau yang sudah drop-out.


B. Tujuan Penulisan Buku
Setelah selesai membaca buku Identifikasi Anak dengan kebutuhan khusus ini, diharapkan pembaca (terutama para pembina dan pelaksana pendidikan di lapangan) mampu mengidentifikasi apakah seorang anak tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau bukan, dan mampu merencanakan tindak lanjutnya.

II. ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS DAN IDENTIFIKASINYA
Untuk mengidentifikasi apakah seorang anak tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau bukan, perlu terlebih dahulu dirumuskan pengertian anak dengan kebutuhan khusus, karakteristik (ciri-ciri) anak dengan kebutuhan khusus, baru kemudian dirumuskan hal-hal yang berkaitan dengan identifikasi.

A. Pengertian Anak dengan kebutuhan khusus
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus.
Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, tetapi khusus untuk keperluan pendidikan inklusi, anak dengan kebutuhan khusus akan dikelompokkan menjadi 9 jenis. Berdasarkan berbagai studi, ke 9 jenis ini paling sering dijumpai di sekolah-sekolah reguler. Jika di luar 9 jenis tersebut masih dijumpai di sekolah, maka guru dapat bekerjasama dengan pihak lain yang relevan untuk menanganinya, seperti anak-anak autis, anak korban narkoba, anak yang memiliki penyakit kronis, dan lain-lain. Secara singkat masing-masing jenis kelainan dijelaskan sebagai berikut :

1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
3. Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
4. Berbakat/memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
Anak berbakat adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (inteligensi), kreativitas, dan tanggungjawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
5. Tunagrahita
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus.
6. Lamban belajar (slow learner) :
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika), diduga disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena factor inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal), sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti)
8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi;
Anak yang mengalami gangguan komunikasi adalah anak yang mengalami kelainan suara, artikulasi (pengucapan), atau kelancaran bicara, yang mengakibatkan terjadi penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa, atau fungsi bahasa, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak yang mengalami gangguan komunikasi ini tidak selalu disebabkan karena faktor ketunarunguan.
9. Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku.
Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya.

B. Karakteristik Anak dengan kebutuhan khusus
Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik (ciri-ciri) tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk keperluan identifikasi, di bawah ini akan disebutkan ciri-ciri yang menonjol dari masing-masing jenis anak dengan kebutuhan khusus.
1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
a. a. Tidak mampu melihat
b. b. Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
c. Kerusakan nyata pada kedua bola mata,
d. Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
e. Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
f. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
g. Peradangan hebat pada kedua bola mata,
h. Mata bergoyang terus.
Nilai standar : 4 (di luar a dan b), maksudnya, jika a dan b terpenuhi, maka tidak perlu menghitung urutan berikutnya.
2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
a. Tidak mampu mendengar,
b. Terlambat perkembangan bahasa
c. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
d. Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
e. Ucapan kata tidak jelas
f. Kualitas suara aneh/monoton,
g. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
h. Banyak perhatian terhadap getaran,
i. Keluar cairan ‘nanah’ dari kedua telinga
Nilai Standar : 6 (di luar a), maksudnya jika a terpenuhi, maka berikutnya tidak perlu dihiung.
3. Tunadaksa/anak yang mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
a. Anggauta gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
b. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
c. Terdapat bagian anggauta gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
d. Terdapat cacat pada alat gerak,
e. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
f. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
g. Hiperaktif/tidak dapat tenang.
Nilai Standar : 5
4. Anak Berbakat/ memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
a. Membaca pada usia lebih muda,
b. Membaca lebih cepat dan lebih banyak,
c. Memiliki perbendaharaan kata yang luas,
d. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
e. Mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,
f. Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,
g. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,
h. Memberi jawaban-jawaban yang baik,
i. Dapat memberikan banyak gagasan
j. Luwes dalam berpikir
k. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,
l. Mempunyai pengamatan yang tajam,
m. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,
n. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,
o. Senang mencoba hal-hal baru,
p. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi,
q. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah,
r. Cepat menangkap hubungan sebabakibat,
s. Berperilaku terarah pada tujuan,
t. Mempunyai daya imajinasi yang kuat,
u. Mempunyai banyak kegemaran (hobi),
v. Mempunyai daya ingat yang kuat,
w. Tidak cepat puas dengan prestasinya,
x. Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),
y. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Nilai Standar : 18
5. Tunagrahita
a. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/ besar,
b. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
c. Perkembangan bicara/bahasa terlambat
d. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
e. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
f. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)
Nilai Standar : 6
6. Anak Lamban Belajar
a. Rata-rata prestasi belajarnya selalu rendah (kurang dari 6),
b. Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya,
c. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,
d. Pernah tidak naik kelas.
Nilai Standar : 4
7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
• Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
a. Perkembangan kemampuan membaca terlambat,
b. Kemampuan memahami isi bacaan rendah,
c. Kalau membaca sering banyak kesalahan
Nilai standarnya 3
• Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)
a. Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,
b. Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,
c. Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
d. Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,
e. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
Nilai standarnya 4.
• Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
a. Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
b. Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
c. Sering salah membilang dengan urut,
d. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,
e. Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
Nilai standarnya 4.
8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi
a. Sulit menangkap isi pembicaraan orang lain,
b. Tidak lancar dalam berbicaraa/mengemukakan ide,
c. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
d. Kalau berbicara sering gagap/gugup,
e. Suaranya parau/aneh,
f. Tidak fasih mengucapkan kata-kata tertentu/celat/cadel,
g. Organ bicaranya tidak normal/sumbing.
Nilai standarnya 5.

9. Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku).
a. Bersikap membangkang,
b. Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
c. Sering melakukan tindakan aggresif, merusak, mengganggu
d. Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.
Nilai standarnya 4.

C. Identifikasi
Istilah identifikasi secara harfiah dapat diartikan menemukan atau menemukenali. Dalam buku ini istilah identifkasi anak dengan kebutuhan khusus dimaksudkan merupakan suatu usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social, emosional/tingkah laku) dalam pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal).
Setelah dilakukan identifikasi, kondisi seseorang dapat diketahui, apakah pertumbuhan/perkembangannya termasuk normal atau mengalami kelainan/penyimpangan.
Bila mengalami kelainan/penyimpangan, dapat diketahui pula apakah anak tergolong: (1) Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan; (2) Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran; (3) Tunadaksa/anak yang mengalami kelainan angota tubuh/gerakan); (4) Anak Berbakat/anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa; (5) Tunagrahita; (6) Anak lamban belajar; (7) Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (disleksia, disgrafia, atau diskalkulia); (8) Anak yang mengalami gangguan komunikasi; dan (9) Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku.
Kegiatan identifikasi sifatnya masih sederhana dan tujuannya lebih ditekankan pada menemukan (secara kasar) apakah seorang anak tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau bukan. Maka biasanya identifikasi dapat dilakukan oleh orang-orang yang dekat (sering berhubungan/bergaul) dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuhnya, gurunya, dan pihak-pihak yang terkait dengannya. Sedangkan langkah berikutnya, yang sering disebut asesmen, bila diperlukan dapat dilakukan oleh tenaga profesional, seperti dokter, psikolog, neurolog, orthopedagog, therapis, dan lain-lain.
Dalam istilah sehari-hari, identifikasi sering disebut dengan istilah penjaringan, sedangkan asesmen disebut dengan istilah penyaringan.

D. Tujuan Identifikasi
Secara umum tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social, emosional, dan/atau sensoris neurologis) dalam pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal), yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
Dalam rangka pendidikan inklusi, kegiatan identifikasi anak dengan kebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan, yaitu: (1) penjaringan (screening), (2) pengalihtanganan (referal), (3) klasifikasi, (4) perencanaan pembelajaran, dan (5) pemantauan kemajuan belajar.

1. Penjaringan (screening)
Penjaringan dilakukan terhadap semua anak di kelas dengan Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (AI AKB) terlampir.
Pada tahap ini identifiksi berfungsi menandai anak-anak mana yang menunjukkan gejala-gejala tertentu, kemudian menyimpulkan anak-anak mana yang mengalami kelainan/penyimpangan tertentu, sehingga tergolong anak dengan kebutuhan khusus.
Dengan AI ALB guru, orang tua, maupun tenaga professional terkait, dapat melakukan kegiatan ini secara baik dan hasilnya dapat digunakan untuk bahan penanganan lebih lanjut.

2. Pengalihtanganan (referral)
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada tahap penjaringan, selanjutnya anak-anak dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, ada anak yang tidak perlu dirujuk ke ahli lain (tenaga profesional) dan dapat langsung ditangani sendiri oleh guru dalam bentuk layanan pembelajaran yang sesuai.
Kedua, ada anak yang perlu dirujuk ke ahli lain terlebih dulu (referal) seperti psikolog, dokter, orthopedagog (ahli PLB), dan/atau therapis, baru kemudian ditangani oleh guru.
Proses perujukan anak oleh guru ke tenaga professional lain untuk membantu mengatasi masalah anak yang bersangkutan disebut proses pengalihtanganan (referral). Jika tenaga professional tersebut tidak tersedia dapat dimintakan bantuan ke tenaga lain yang ada seperti Guru Pembimbing Khusus (Guru PLB) atau Konselor.
3. Klasifikasi
Pada tahap klasifikasi, kegiatan identifikasi bertujuan untuk menentukan apakah anak yang telah dirujuk ke tenaga professional benar-benar memerlukan penanganan lebih lanjut atau langsung dapat diberi pelayanan pendidikan khusus.Apabila berdasar pemeriksaan tenaga professional ditemukan masalah yang perlu penanganan lebih lanjut (misalnya pengobatan, therapy, latihan-latihan khusus, dan sebagainya) maka guru tinggal mengkomunikasikan kepada orang tua siswa yang bersangkutan. Jadi guru tidak mengobati dan/atau memberi therapy, melainkan sekedar meneruskan kepada orang tua tentang kondisi anak yang bersangkutan. Guru hanya akan membantu siswa dalam hal pemberian pelayanan pendidikan sesuai dengan kondisi anak. Apabila tidak ditemukan tanda-tanda yang cukup kuat bahwa anak yang bersangkutan memerlukan penanganan lebih lanjut, maka anak dapat dikembalikan ke kelas semula untuk mendapatkan pelayanan pendidikan khusus.
Kegiatan klasifikasi ini memilah-milah mana anak dengan kebutuhan khusus yang memerlukan penanganan lebih lanjut dan mana yang langsung dapat mengikuti pelayanan pendidikan khusus di kelas reguler.
4. Perencanaan pembelajaran
Pada tahap ini, kegiatan identifikasi bertujuan untuk keperluan penyusunan program pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI). Dasarnya adalah hasil dari klasifikasi. Setiap jenis dan gradasi (tingkat kelainan) anak dengan kebutuhan khusus memerlukan program pembelajaran yang berbeda satu sama lain. Mengenai program pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI) akan dibahas secara khusus dalam buku yang lain tentang pembelajaran dalam pendidikan inklusi.
5. Pemantauan kemajuan belajar
Kemajuan belajar perlu dipantau untuk mengetahui apakah program pembelajaran khusus yang diberikan berhasil atau tidak. Apabila dalam kurun waktu tertentu anak tidak mengalami kemajuan yang signifikan (berarti), maka perlu ditinjau lagi beberapa aspek yang berkaitan. Misalnya apakah diagnosis yang kita buat tepat atau tidak, Program Pembelajaran Individual (PPI) yang kita susun sesuai atau tidak, bimbingan belajar khusus yang kita berikan sesuai atau tidak, dan seterusnya.
Sebaliknya, apabila dengan program khusus yang diberikan, anak mengalami kemajuan yang cukup signifikan maka program tersebut perlu diteruskan sambil memperbaiki/menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada.
Dengan lima tujuan khusus di atas, identifikasi perlu dilakukan secara terus menerus oleh guru, dan jika perlu dapat meminta bantuan dan/atau bekerja sama dengan tenaga professional terkait.

III. PELAKSANAAN IDENTIFIKASI
A. Sasaran Identifikasi
Secara umum sasaran identifikasi anak dengan kebutuhan khusus adalah seluruh anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar. Sedangkan secara khusus (operasional), sasaran identifikasi anak dengan kebutuhan khusus adalah:
1. Anak yang sudah bersekolah di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
2. Anak yang akan masuk ke Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
3. Anak yang belum/tidak bersekolah karena orangtuanya merasa anaknya tergolong anak dengan kebutuhan khusus sedangkan lokasi SLB jauh dari tempat tinggalnya; sementara itu, semula SD terdekat belum/tidak mau menerimanya;
4. Anak yang drop-out Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah karena factor akademik.

B. Petugas Identifikasi
Untuk mengidentifikasi seorang anak apakah tergolong anak dengan kebutuhan khusus atau bukan, dapat dilakukan oleh:
1. Guru kelas;
2. Orang tua anak; dan/atau
3. Tenaga professional terkait.

C. Pelaksanaan Identifikasi
Ada beberapa langkah dalam rangka pelaksanaan identifikasi anak berkebutuhan khusus. Untuk identifikasi anak usia sekolah yang belum bersekolah atau drop out sekolah, maka sekolah yang bersangkutan perlu melakukan pendataan ke masyarakat sekitar kerjasama dengan Kepala Desa/Lurah, RT, RW setempat. Jika pendataan tersebut ditemukan anak berkelainan, maka proses berikutnya dapat dilakukan pembicaraan dengan orangtua, komite sekolah maupun perangkat desa setempat untuk mendapatkan tindak lanjutnya.
Untuk anak-aak yang sudah masuk dan menjadi siswa pada sekolah tertentu, identifikasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menghimpun data tentang anak
Pada tahap ini petugas (guru) menghimpun data kondisi seluruh siswa di kelas (berdasar gejala yang nampak pada siswa) dengan menggunakan Alat Identifikasi Anak dengan kebutuhan khusus (AI ALB). Lihat Format 3 terlampir.
2. Menganalisis data dan mengklasifikasi anak
Pada tahap ini tujuannya adalah untuk menemukan anak-anak yang tergolong anak dengan kebutuhan khusus (yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus). Buatlah daftar nama anak yaang diindikasikan berkelainan sesuai dengan ciri-ciri dan standar nilai yang telah ditetapkan. Jika ada anak yang memenuhi syarat untuk disebut atau berindikasi kelainan sesuai dengan ketentuan tersebut, maka dimasukkan ke dalam daftar nama-nama anak yang berindikasi kelainan sesuai dengan format khusus yang disediakan seperti terlampir (Lihat Format 4). Sedangkan untuk anak-anak yang tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda berkelainan, tidak perlu dimasukkan ke dalam daftar khusus tersebut.
3. Mengadakan pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah
Pada tahap ini, hasil analisis dan klasifikasi yang telah dibuat guru dilaporkan kepada Kepala Sekolah untuk mendapat saran-saran pemecahan atau tindak lanjutnya.
4. Menyelenggarakan pertemuan kasus (case conference)
Pada tahap ini, kegiatan dikoordinasikan oleh Kepala Sekolah setelah data anak dengan kebutuhan khusus terhimpun dari seluruh kelas. Kepala Sekolah dapat melibatkan: (1) Kepala Sekolah sendiri; (2) Dewan Guru; (3) orang tua/wali siswa; (4) tenaga professional terkait, jika tersedia dan dimungkinkan; (5) Guru Pembimbing Khusus (Guru PLB) jika tersedia dan memungkinkan.
Materi pertemuan kasus adalah membicarakan temuan dari masing-masing guru mengenai hasil identifikasi untuk mendapatkan tanggapan dan cara-cara pemecahan serta penanggulangannya.
5. Menyusun laporan hasil pertemuan kasus
Pada tahap ini, tanggapan dan cara-cara pemecahan masalah dan penanggulangannya perlu dirumuskan dalam laporan hasil pertemuan kasus. Format laporan hasil pertemuan kasus dapat menggunakan contoh seperti terlampir (lihat Format 5)

D. ALAT IDENTIFIKASI
Secara sederhana ada beberapa aspek informasi yang perlu mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan identifikasi. Contoh alat identifikasi sederhana untuk membantu guru dan orang tua dalam rangka menemukenali anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus, antara lain sebagai berikut :
1. Form 1 : Informasi riwayat perkembangan anak
2. Form 2 : informasi/ data orangtua anak/wali siswa
3. Form 3 : informasi profil kelainan anak (AI-ALB)
Dari ketiga informasi tersebut secara singkat dijelaskan sebagai berikut.
1. Informasi riwayat perkembangan anak
Informasi riwayat perkembangan anak adalah informasi mengenai keadaan anak sejak di dalam kandungan hingga tahun-tahun terakhir sebelum masuk SD/MI.. Informasi ini penting sebab dengan mengetahui latar belakang perkembangan anak, mungkin kita dapat menemukan sumber penyebab problema belajar.
Informasi mengenai perkembangan anak sangat penting bagi guru untuk mempertimbangkan kebijakan program pembelajaran yang akan diberikan kepada anak. Informasi perkembangan anak biasanya mencakup identitas anak, riwayat masa kehamilan dan kelahiran, perkembangan masa balita, perkembangan fisik, perkembangan sosial, dan perkembangan pendidikan.
Riwayat masa kehamilan dan kelahiran meliputi perkembangan masa kehamilan, penyakit yang diderita ibu, usia di dalam kandungan, proses kelahiran, tempat kelahiran, penolong persalinan, gangguan pada saat proses kelahiran, berat badan bayi, panjang badan bayi, dan tanda-tanda kelainan pada bayi.
Perkembangan masa balita sekurang-kurangnya mencakup informasi mengenai lama menyusu ibunya, usia akhir minum susu kaleng, kegiatan imunisasi, penimbangan, kualitas dan kuantitas makanan pada masa balita, kesulitan makan yang dialami, dan sebagainya.
Perkembangan fisik diperlukan terutama data mengenai kapan anak mulai dapat merangkak, berdiri, berjalan, naik sepeda roda tiga, naik sepeda roda dua, berbicara dengan kalimat lengkap, kesulitan gerakan yang dialami, status gizi balita, dan riwayat kesehatan.
Perkembangan sosial terutama berkaitan dengan hubungan dengan saudara, hubungan dengan teman, hubungan dengan orang tua dan guru, hobi anak, dan minat khusus. Perkembangan pendidikan meliputi informasi mengenai kapan masuk TK, berapa lama pendidikan di TK, kapan masuk SD, apa kesulitan selama di TK, apa kesulitan selama di SD, apakah pernah tinggal kelas, pelayanan khusus yang pernah diberikan, prestasi belajar tiap caturwulan atau semester, mata pelajaran yang dirasa paling sulit, dan mata pelajaran yang paling disenangi.
2. Data orang tua/wali siswa
Selain data mengenai anak, tidak kalah pentingnya adalah informasi mengenai keadaan orang tua/wali siswa yang bersangkutan. Dalam beberapa penelitian diketahui bahwa lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keberhasilan belajar anak. Lingkungan keluarga dapat meliputi pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, status sosial ekonomi, sikap dan penerimaan orang tua terhadap anak, serta pola asuh yang diterapkan keluarga terhadap anak.
Data orang tua/wali siswa sekurang-kurangnya mencakup informasi mengenai identitas orang tua/wali, hubungan orang tua-anak, data sosial ekonomi orang tua, serta tanggungan dan tanggapan orang tua/ keluarga terhadap anak. Identitas orang tua harus lengkap, tidak hanya identitas ayah melainkan juga identitas ibu, misalnya umur, agama, status, pendidikan, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, dan tempat tinggal.
Hubungan orang tua-anak menggambarkan sejauh mana intensitas komunikasi antara orang tua dan anak. Misalnya apakah kedua orang tua satu rumah atau tidak, demikian juga dengan anak. Apakah diasuh salah satu orang tua, pembantu, atau keluarga lain. Semua kondisi tersebut mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar anak.
Mengenai data keadaan sosial ekonomi diperlukan agar sekolah dapat memperhitungkan kemampuan orang tua dalam pendidikan anaknya. Data sosial ekonomi dapat mencakup informasi mengenai jabatan formal maupun non formal ayah dan ibu, serta besarnya penghasilan rata-rata per bulan.
Sedangkan mengenai tanggapan orang tua yang perlu diungkapkan antara lain persepsi orang tua terhadap anak, kesulitan yang dirasakan orang tua terhadap anak yang bersangkutan, harapan orang tua dan bantuan yang diharapkan orang tua untuk anak yang bersangkutan.

3. Informasi mengenai profil kelainan anak (AI – ALB)
Informasi mengenai gangguan/kelainan anak sangat penting, sebab dari beberapa penelitian terbukti bahwa anak-anak yang prestasi belajarnya rendah cenderung memiliki gangguan/kelainan penyerta. Survei terhadap 696 siswa SD dari empat provinsi di Indonesia yang rata-rata nilai rapornya kurang dari 6,0 (enam, nol), ditemukan bahwa 71,8% mengalami disgrafia, 66,8% disleksia, 62,2% diskalkulia, juga 33% mengalami gangguan emosi dan perilaku, 31% gangguan komunikasi, 7,9% cacat / kelainan anggota tubuh, 6,6% gangguan gizi dan kesehatan, 6% gangguan penglihatan, dan 2% gangguan pendengaran (Balitbang, 1996).
Tanda-tanda kelainan atau gangguan khusus pada siswa (jika ada) perlu diketahui guru. Kadang-kadang adanya kelainan khusus pada diri anak, secara langsung atau tidak langsung, dapat menjadi salah satu faktor timbulnya problema belajar. Tentu saja hal ini sangat bergantung pada berat ringannya kelainan yang dialami serta sikap penerimaan anak terhadap kondisi tersebut.
Contoh format isian untuk identifikasi anak berkelainan yang dapat digunakan oleh sekolah.

E. TINDAK LANJUT KEGIATAN IDENTIFIKASI
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan identifikasi anak berkelainan untuk dapat memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai, maka dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:
1. Perencaanaan pembelajaran dan pengorganisasian siswa
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan bidang-bidang atau aspek problema belajar yang akan ditangani: Apakah seluruh mata pelajaran, sebagian mata pelajaran, atau hanya bagian tertentu dari suatu mata pelajaran.
b. Menetapkan pendekatan pembelajaran yang akan dipilih termasuk rencana pengorganisasian siswa, apakah bentuknya berupa pelajaran remedial, penambahan latihan-latihan di dalam kelas atau luar kelas, pendekatan kooperatif, atau kompetitif, dan lain- lain.
c. Menyusun program pembelajaran individual.
2. Pelaksanaan pembelajaran
Pada tahap ini guru melaksanakan program pembelajaran serta pengorganisasian siswa berkelainan dalam kelas reguler sesuai dengan rancangan yang telah disusun dan ditetapkan pada tahap sebelumnya. Sudah tentu pelaksanaan pembelajaran harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan dan kemampuan anak, tidak dapat dipaksakan sesuai dengan target yang akan dicapai oleh guru. Program tersebut bersifat fleksibel.
3. Pemantauan kemajuan belajar dan evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam membantu mengatasi kesulitan belajar anak, perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus terhadap kemajuan dan/atau bahkan kemunduran belajar anak. Jika anak mengalami kemajuan dalam belajar, pendekatan yang dipilih guru perlu terus dimantapkan, tetapi jika tidak terdapat kemajuan, perlu diadakan peninjauan kembali, baik mengenai isi dan pendekatan program, maupun motivasi anak yang bersangkutan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Dengan demikian diharapkan pada akhirnya semua problema belajar anak, secara bertahap dapat diperbaiki sehingga anak terhindar dari kemungkinan tidak naik kelas atau bahkan putus sekolah.

filsafat

Manusia tercipta dari dua unsur, tubuh/jasad dan rohani/jiwa. Dengan tubuh/jasad, manusia dapat bergerak dan beraktivitas. Dengan roh/jiwa, manusia dapat mengingat, berfikir, menemukan, mengetahui, berkehendak, memilih, mencintai dan sebagainya.

Tubuh/jasad berasal dari tanah. Hal ini tentu tidak bisa kita pungkiri. Banyak dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits yang menerangkan tentang hal ini. Realita juga membuktikan, ketika seseorang baru saja meninggal dunia, beberapa saat kemudian dikuburkan, tidak berapa lama setelah jasadnya terpendam di dalam tanah, tubuhnya sudah mulai lebur beradaptasi dengan tanah dan akhirnya lenyap menyatu dengan tanah. Atau cobalah ambil segenggam tanah, kemudian kita presentasikan berdasarkan ilmu kimia, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ternyata tanah tersebut mengandung beberapa unsur. Kemudian kita ambil pula sepotong dari bagian tubuh manusia, lalu kita lakukan penelitian, maka hasil dari penelitian kita juga menyimpulkan bahwa ternyata di dalam tubuh manusia itu mengandung beberapa unsur dan ternyata pula unsur-unsur yang terdapat pada tubuh manusia relatif sama dengan unsur-unsur yang terdapat pada tanah.

Adapun mengenai perihal roh/jiwa manusia. Sampai hari ini masih tetap menjadi perbincangan yang hangat bagi para cerdik cendekiawan, para pakar, terutama yang menggeluti filsafat. Perdebatan mengenai roh/jiwa manusia, masih terus dilakukan. Banyak pendapat-pendapat baru bermunculan. Sering dilakukan diskusi, seminar dan lokakarya, bahkan ada yang melakukan penyelidikan dan penelitian, namun hasilnya belum sampai kepada pokok tujuan dan belum menemukan titik finish yang dapat memuaskan semua pihak.

Allah SWT. melalui firman-Nya di dalam Al-Qur’an, sudah lama mewanti-wanti kita : “Dan orang-orang itu sama bertanya kepadamu (Muhammad) mengenai roh. Katakanlah, roh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu semua tidaklah diberi ilmu pengetahuan, melainkan hanya sedikit sekali” (QS. Al-Isra’ ayat 85).

Roh/jiwa adalah makhluk ciptaan seperti juga makhluk-nakhluk lainnya yang diciptakan Allah, yang keberadaannya diciptakan atas perintah Allah Yang Maha Agung dan Maha Tinggi. Al-Hafizh Al-Qurthubi menerangkan bahwa ayat Al-Qur’an surah Al-Isra’ ayat 85 tersebut merupakan dalil tentang penciptaan roh, di mana keberadaanya termasuk urusan yang besar dari urusan Allah. Keberadaan roh/jiwa memang sengaja disamarkan oleh Allah SWT. Hal ini dimaksudkan agar manusia menyadari akan kelemahan dirinya, yang tidak banyak tahu tentang hakekat dirinya, pengetahuannya bahkan wujud dirinya sendiri serta tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan Allah Yang Maha Perkasa.

Menyelidiki tentang roh/jiwa manusia, laksana meminum air di lautan, semakin banyak diminum maka semakin haus dan dahaga. Atau laksana memperturutkan hawa nafsu, semakin diperturutkan semakin tidak puas. Oleh karena itu, sia-sialah kalau terlalu dalam kita membahas tentang roh/jiwa, kapasitas kita tidak akan seimbang dan sangat mustahil dapat menghasilkan sesuatu yang memuaskan. Sayid Sabiq seorang guru besar Universitas Al-Azhar Kairo, dalam kitab beliau Al-’aqaaidul Islamiyyah menegaskan bahwa sudah jelas ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia itu sangat terbatas, sehingga manusia tidak mungkin mengenal hakikat suatu benda/materi, dan tidak mungkin pula mampu memecahkan dengan sesungguhnya apa saja yang ia rasakan di sekitarnya. Apatah lagi perihal roh/jiwa manusia , ia tidak mungkin cukup pengetahuan untuk membahas tentang sesuatu yang memang telah dirahasiakan oleh Allah SWT.

Roh/jiwa merupakan suatu zat yang memiliki sifat yang tersendiri dan berbeda jauh dengan benda-benda lainnya. Ia adalah jisim nuraniah (semacam nur atau cahaya) yang mempunyai kedudukan yang amat tinggi dan dapat menjalar dalam rongga tubuh, laksana menjalarnya air dalam tangkai dan daun tetumbuhan. Keberadaan roh dalam tubuh dapat memberikan kesan kehidupan dan apa saja yang berhubungan dengan kehidupan tersebut.