Minggu, 28 November 2010

filsafat

Manusia tercipta dari dua unsur, tubuh/jasad dan rohani/jiwa. Dengan tubuh/jasad, manusia dapat bergerak dan beraktivitas. Dengan roh/jiwa, manusia dapat mengingat, berfikir, menemukan, mengetahui, berkehendak, memilih, mencintai dan sebagainya.

Tubuh/jasad berasal dari tanah. Hal ini tentu tidak bisa kita pungkiri. Banyak dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits yang menerangkan tentang hal ini. Realita juga membuktikan, ketika seseorang baru saja meninggal dunia, beberapa saat kemudian dikuburkan, tidak berapa lama setelah jasadnya terpendam di dalam tanah, tubuhnya sudah mulai lebur beradaptasi dengan tanah dan akhirnya lenyap menyatu dengan tanah. Atau cobalah ambil segenggam tanah, kemudian kita presentasikan berdasarkan ilmu kimia, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ternyata tanah tersebut mengandung beberapa unsur. Kemudian kita ambil pula sepotong dari bagian tubuh manusia, lalu kita lakukan penelitian, maka hasil dari penelitian kita juga menyimpulkan bahwa ternyata di dalam tubuh manusia itu mengandung beberapa unsur dan ternyata pula unsur-unsur yang terdapat pada tubuh manusia relatif sama dengan unsur-unsur yang terdapat pada tanah.

Adapun mengenai perihal roh/jiwa manusia. Sampai hari ini masih tetap menjadi perbincangan yang hangat bagi para cerdik cendekiawan, para pakar, terutama yang menggeluti filsafat. Perdebatan mengenai roh/jiwa manusia, masih terus dilakukan. Banyak pendapat-pendapat baru bermunculan. Sering dilakukan diskusi, seminar dan lokakarya, bahkan ada yang melakukan penyelidikan dan penelitian, namun hasilnya belum sampai kepada pokok tujuan dan belum menemukan titik finish yang dapat memuaskan semua pihak.

Allah SWT. melalui firman-Nya di dalam Al-Qur’an, sudah lama mewanti-wanti kita : “Dan orang-orang itu sama bertanya kepadamu (Muhammad) mengenai roh. Katakanlah, roh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu semua tidaklah diberi ilmu pengetahuan, melainkan hanya sedikit sekali” (QS. Al-Isra’ ayat 85).

Roh/jiwa adalah makhluk ciptaan seperti juga makhluk-nakhluk lainnya yang diciptakan Allah, yang keberadaannya diciptakan atas perintah Allah Yang Maha Agung dan Maha Tinggi. Al-Hafizh Al-Qurthubi menerangkan bahwa ayat Al-Qur’an surah Al-Isra’ ayat 85 tersebut merupakan dalil tentang penciptaan roh, di mana keberadaanya termasuk urusan yang besar dari urusan Allah. Keberadaan roh/jiwa memang sengaja disamarkan oleh Allah SWT. Hal ini dimaksudkan agar manusia menyadari akan kelemahan dirinya, yang tidak banyak tahu tentang hakekat dirinya, pengetahuannya bahkan wujud dirinya sendiri serta tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan Allah Yang Maha Perkasa.

Menyelidiki tentang roh/jiwa manusia, laksana meminum air di lautan, semakin banyak diminum maka semakin haus dan dahaga. Atau laksana memperturutkan hawa nafsu, semakin diperturutkan semakin tidak puas. Oleh karena itu, sia-sialah kalau terlalu dalam kita membahas tentang roh/jiwa, kapasitas kita tidak akan seimbang dan sangat mustahil dapat menghasilkan sesuatu yang memuaskan. Sayid Sabiq seorang guru besar Universitas Al-Azhar Kairo, dalam kitab beliau Al-’aqaaidul Islamiyyah menegaskan bahwa sudah jelas ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia itu sangat terbatas, sehingga manusia tidak mungkin mengenal hakikat suatu benda/materi, dan tidak mungkin pula mampu memecahkan dengan sesungguhnya apa saja yang ia rasakan di sekitarnya. Apatah lagi perihal roh/jiwa manusia , ia tidak mungkin cukup pengetahuan untuk membahas tentang sesuatu yang memang telah dirahasiakan oleh Allah SWT.

Roh/jiwa merupakan suatu zat yang memiliki sifat yang tersendiri dan berbeda jauh dengan benda-benda lainnya. Ia adalah jisim nuraniah (semacam nur atau cahaya) yang mempunyai kedudukan yang amat tinggi dan dapat menjalar dalam rongga tubuh, laksana menjalarnya air dalam tangkai dan daun tetumbuhan. Keberadaan roh dalam tubuh dapat memberikan kesan kehidupan dan apa saja yang berhubungan dengan kehidupan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar